Sabtu, 29 Agustus 2009

Katolik dan Protestan

Pertanyaan:

Ini hal pertama yang jadi ganjalan hati saya di dalam Katolik.
Yang ke-2 adalah soal patung-patung.
Selama puluhan tahun saya di Katolik, memang tidak dianjurkan baca Alkitab, karena setiap misa pun sudah disediakan kertas tuntunan misa. tapi itu salah saya sendiri, kalau saya tidak baca Alkitab. tapi 7 tahun terakhir ini saya mulai mencari kebenaran Firman Tuhan. Dan saya menemukan banyak sekali Doktrin Gereja Katolik yang TIDAK ALKITABIAH. Salah satunya adalah tentang patung-patung.
Baca : Keluaran 20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Ini adalah Hukum yang ke-2 dari 10 Perintah Allah.
Dalih Katolik tentang patung adalah bukan menyembah patungnya tapi image dari patung tsb atau hanya menghormati.dan untuk membantu kita membayangkan oknum dari image patung (diwakilkan). seperti melihat foto orgtua dsb.Apakah tanpa foto, kita lupa orangtua kita? Apakah tanpa patung kita susah berdoa kepada Tuhan? Bukankah iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kelihatan? Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Lalu kenapa 10 perintah Allah-nya Katolik, Hukum yang ke-2 ini dihilangkan??? Saya bertanya2 tentang hal ini, mengapa Katolik melakukan itu? sampai akhirnya saya baca tentang sejarah Katolik dan doktrin2nya, baru saya temukan, banyak sekali penyimpangan yang terjadi. Apakah saya harus tetap mengikuti tradisi gereja Katolik yang menyimpang sekalipun sudah tahu bahwa itu menentang perintah Tuhan? YOHANES 4:24 “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”

Menurut Pak Tay, dasar tentang patung di Alkitab adalah ketika Tuhan suruh bikin 2 Kerub dari emas? dan tongkat Musa? Menurut saya itu khusus untuk umat Allah ketika itu. Hukum Taurat sudah digenapi Tuhan Yesus di atas kayu salib, dan sudah ditulis dalam loh daging/hati kita.Kalau kita masih mengikuti cara beribadah Perjanjian Lama, sia-sialah Yesus mati dikayu salib sebagai Anak Domba Allah yang menebus dosa seluruh umat manusia dan mengadakan Perjanjian Baru. Berarti, setiap tahun, Imam/Pastor kita masih harus menyembelih kambing/domba Paskah? Yang jelas2 berlaku untuk selamanya adalah 10 Perintah Allah. itu saja, sudah diubah Katolik.
Salam – Anna.
Jawaban:

Dear Anna,

Jawaban di bawah ini adalah untuk menanggapi keberatan Anna tentang adanya patung-patung di gereja Katolik, yang menurut Anna tidak Alkitabiah, karena melanggar perintah Allah, yaitu di Keluaran 20:4, yang Anna sebutkan sebagai perintah kedua dari ke sepuluh perintah Allah. Lalu Anna bertanya kenapa Gereja Katolik menghilangkan perintah yang kedua ini, dan mempertanyakan dasar sikap Gereja Katolik dalam hal pembuatan patung-patung ini. Sebenarnya di situs ini sudah pernah dituliskan artikel tentang patung, (lihat Orang Katolik tidak menyembah patung), dan pada kesempatan ini saya menambahkan beberapa point berikut untuk menjawab pertanyaan Anna.

Sebelum memulai pembahasan, kita harus menerima secara objektif, bahwa

* Perintah-perintah Allah yang ada di Kitab Keluaran 20 tersebut tidak diberi nomor secara khusus di dalam Alkitab. Allah tidak memberikan secara eksplisit bagaimana cara memberi nomor pada perintah-perintah itu (Pembagian ayat pada seluruh Alkitab baru dimulai pada jaman abad pertengahan). Jika setiap perintah diberi nomor, maka bisa diperoleh sekitar 15 perintah. Oleh karena itu Gereja Katolik mengelompokkannya tanpa menghilangkan satu ayatpun dari perintah Tuhan itu
* Dua Bapa Gereja yang memainkan peran terbesar dalam hal ini adalah St. Agustinus dan Origen. St. Agustinus adalah orang kudus yang diberi gelar “Doctor of the Church”/ Pujangga Gereja, sedangkan Origen, meskipun dihormati untuk banyak hal, beliau juga dikenal pernah mengajarkan doktrin yang tidak sesuai dengan Alkitab, seperti jiwa-jiwa di neraka akhirnya dapat masuk surga. Gereja Katolik dan Lutheran secara umum mengikuti pengelompokan yang diajarkan oleh St. Agustinus, sedangkan Gereja-gereja Timur dan Protestan umumnya mengikuti Origen.

Jadi perbedaannya pengelompokan 10 perintah Allah menurut gereja-gereja Timur dan Protestan (mengikuti Origen):

1. Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan (ay. 2,3)
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit, di bumi dan di dalam bumi. (ay. 4)
3. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan (ay.7)
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
6. Jangan membunuh (ay.13)
7. Jangan berzinah (ay.14)
8. Jangan mencuri (ay.15)
9. Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
10. Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini isterinya, atau apapun yang menjadi milik sesamamu (ay. 17)

Sedangkan pengelompokan 10 perintah Allah menurut Gereja Katolik dan Lutheran (mengikuti St. Agustinus) adalah:

1. Akulah Tuhan, Allahmu: Jangan ada allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi, dan jangan sujud menyembah kepadanya (ay. 2, 3, 4, 5)
2. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat (ay.7)
3. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
4. Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
5. Jangan membunuh (ay.13)
6. Jangan berzinah (ay.14)
7. Jangan mencuri (ay.15)
8. Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
9. Jangan mengingini isteri sesamamu (ay.17 a)
10. Jangan mengingini hak milik sesamamu (ay. 17 b)

Jadi apa yang dapat disimpulkan dari hal tersebut di atas:

1. Di sini terlihat, Gereja Katolik tidak menghapuskan ayat Kel 20:4, namun mengelompokkannya dengan ayat yang ke-3 dan ke 5 dalam perintah pertama. Katekismus Gereja Katolik #2084 menuliskan versi lengkap perintah pertama dari 10 Perintah Allah sebagai berikut:

“Akulah Tuhan Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya” (Kel 20:2-5).
[Perintah ini dikaitkan dengan sabda Yesus dalam Perjanjian Baru], “Ada tertulis, engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti (Mat 4:10)
2. Jadi Gereja Katolik melihat ayat 4 tersebut tidak dapat dipisahkan dengan ayat 3 dan 5 yaitu untuk menyembah Allah yang satu dan berbakti hanya kepada-Nya. Sebab jika berdiri sendiri, penerapan ayat yang ke-4 ini sesungguhnya tidak mungkin diterapkan dalam kehidupan manusia. Manusia tidak henti-hentinya membuat image/ ‘gambaran’/ patung (terjemahan dari ‘image’ tidak terbatas pada patung tetapi juga gambar) yang menyerupai sesuatu di langit dan bumi. Jika diterapkan secara harafiah maka semua seniman pelukis atau pematung adalah pendosa berat; semua museum yang menyimpan lukisan dan patung bersejarah adalah tempat yang penuh dosa; semua orang Kristen tidak boleh menonton film/ TV, karena di situ ada gambar yang menyerupai manusia/ hewan/ tumbuhan; tidak boleh memotret dan memasang foto, tidak boleh melukis/ menggambar, tidak boleh mengajari anak-anak dengan bantuan gambar-gambar, tidak boleh saling mengirim kartu Natal karena di situ ada gambar Yesus dan kandang Natal dst. Padahal gambar-gambar sebenarnya juga berguna untuk pengajaran iman, terbukti bahwa di sekolah minggu/bina iman, guru-guru menggunakan gambar untuk mengajarkan tentang Yesus. Atau, sebelum orang dapat membaca/ buta huruf (12 abad di Eropa, dan 19 abad rata-rata di Asia dan Afrika), gambar dan patung adalah jalan yang dipakai untuk mengantar orang pada Tuhan. Mungkin ini sulit dibayangkan oleh kita yang hidup jaman ini karena kita semua dapat membaca. Tetapi jika kita hidup di jaman bahela itu, tentu kita akan mengerti bahwa gambar-gambar, sepanjang tidak kita sembah sebagai Allah, maka tidaklah merupakan berhala.
3. Jadi yang dilarang disini adalah patung berhala yang disembah sebagai Tuhan, bukannya semua jenis patung/ gambar. Inilah yang menjadi sikap Gereja Katolik; bahwa sepanjang gambar dan patung itu tidak disembah sebagai Allah, tidak ada salahnya membuat gambar dan patung. Jangan lupa bahwa gambar dan patung adalah karya seni seperti halnya musik. Jika di gereja-gereja Protestan musik dipakai untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan, demikian pula di gereja Katolik. Pasti musik itu hanya dianggap sebagai ‘alat’ saja bukan? Kita ke gereja bukan untuk mendengar musik, tetapi Firman Allah yang terkandung di dalamnya. Demikian juga dengan patung/ gambar yang ada di gereja Katolik, hanya merupakan alat saja yang membantu mengarahkan kita pada Tuhan. Tanpa patung dan tanpa musik kita sesungguhnya bisa saja berdoa, tetapi tentu tidak ada salahnya kita memakai keduanya jika itu lebih membantu kita memusatkan hati pada Tuhan.
4. Ya, dalam Gereja Katolik, kitapun menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24), namun juga dengan seluruh panca indera kita. Maka ada musik (indera pendengar), patung, gambar (indera penglihatan dan peraba), wewangian/ incense (penciuman); semuanya ini hanya ‘pelengkap/ alat’ saja, sedangkan di atas semua itu, kita menyambut Ekaristi (yang kita sambut melalui indera perasa, menjadi makanan rohani).

Dasar Alkitab:

1. Sekarang tentang dasar Alkitab. Dalam Perjanjian Lama disebutkan banyak ayat yang menunjukkan bahwa Allah sendiri memerintahkan untuk membuat patung kerub/ malaikat (Kel 25:1, 18-20; 1 Taw 28:18-19) dan juga patung ular tembaga yang ditinggikan di atas tiang untuk mendatangkan kesembuhan jasmani (Bil 21:8; Ul 21:9), yang merupakan gambaran Kristus yang ditinggikan di kayu salib (Yoh 3:14) untuk mendatangkan kesembuhan/ keselamatan rohani. Memang perintah untuk membuat patung pada Perjanjian Lama itu berlaku pada saat itu, namun secara objektif kita mengetahui bahwa Allah tidak melarang pembuatan patung, malah menganjurkannya jika itu membantu kita mendekatkan diri pada Tuhan.

Jadi jika Gereja Katolik mengizinkan adanya patung Yesus, bukan berarti kita kembali ke Perjanjian Lama, malah sebaliknya: Kita mengikuti Perjanjian Baru karena Perjanjian Lama telah diperbaharui dengan Perjanjian Baru oleh Kristus. Dalam Perjanjian Baru, Allah sendiri memperbaharui cara pewahyuan Diri-Nya, tidak lagi melalui perantaraan nabi-nabi, namun langsung melalui Kristus PuteraNya. Pada waktu Perjanjian Lama, Ia tidak mengizinkan orang membuat sesuatupun yang menyerupai DiriNya (yang di langit/ di surga). Namun di dalam Perjanjian Baru, hukum ini diperbaharui oleh Kristus. Sebab Allah menjelma menjadi manusia di dalam diri Kristus.
2. “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan” (Kol 1:15) dan “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9).

Di sini kita melihat bahwa Yesus adalah gambaran Allah sendiri, dan sejak saat itu misteri Allah yang tak terlihat menjadi terlihat di dalam diri Kristus. Penggambaran DiriNya yang dalam Perjanjian Lama dilarang, dalam Perjanjian Baru malah dinyatakan di dalam Kristus, yang menjadi gambaran kepenuhan misteri Allah.

Maka alasan Gereja memperbolehkan gambar/ patung Yesus adalah karena Allah-lah yang terlebih dahulu menggambarkan Diri-Nya di dalam Yesus! Maka Katekismus Gereja Katolik #2131 (berdasarkan Konsili Nicea 787 AD) mengatakan, “…Dengan penjelmaan menjadi manusia, Putera Allah membuka satu ‘tata gambar’ yang baru”.

Atas dasar ini Gereja memperbolehkan penggunaan patung, tentu saja tidak untuk disembah sebagai tuhan. Jadi di sini dibedakan 2 jenis penghormatan. Penyembahan, yang hanya kepada Tuhan disebut sebagai “latria”/ adoration, sedangkan penghormatan kepada gambar/ patung Yesus/ Maria/ Orang Kudus, hanyalah sebagai “dulia”/ veneration, seperti halnya kita menghormati bendera kebangsaan.

Semoga tambahan keterangan ini dapat memperjelas pertanyaan Anna tentang sikap Gereja Katolik mengenai hal patung, dan perihal ayat Kel 20:4.

3 komentar:

  1. mengapa harus dibuat berbentuk patung...kan bisa saja dimplemasikan berupa gambar atau lukisan...yg tidak mempengaruhi ritual ibadah........
    bukankah bentuk dan rupaNya sudah tertulis dalam injil..???????.....
    bukankah patung tidak akan membawa perubahan apapun...

    BalasHapus
  2. jawaban umat katolik sama dgn jawaban umat budha tentang patung dlm tempat ibadah...
    muslin..tentang ka'bah
    tpi kenyataan'a mereka selalu beranggapan bahwa itu adalah suci...bukankah yg kita sembah adalah yang Suci...????

    BalasHapus
  3. umat katolik memang ditentukan untuk membela kesesatan

    BalasHapus